Rabu, 18 Maret 2015

Hukum Milik siapa? : Hukum yang Kaku dan Pemerintah yang Bodoh. Serta Pers yang tidak Independen




Tadi waktu saya pulang (19/03/2015) terlihat di sebuah acara TV yang buat saya kaget. Bagaimana tidak seorang nenek yang  sedanng sakit harus menjalani persidangan kembali atas dugaan pencurian 7 pohon jati. Tentu saja sebagaimana namanya 7 pohon jati, pastilah bukan pohon jati besar apalagi dia seorang nenek-nenek. Kalau sudah namanya pohon jati berarti bibit pohon jati yang seharga Rp. 7000 / 7 batang.
Terlepas dari benar atau salahnya nenek tetap saja saya merasa pemerintah memang aneh dan ajaib. Pada persidangan ini tentu banyak hal yang dapat kita simpulkan dan tarik. Bahwa betapa pemerintahan ini memamg bobrok. Menganggap hukum harus dijalankan dengan kaku tanpa pertimbangan rasa sama sekali. Dan saya berfikir hukum di indonesia memang bukan sebuah hukum yang adil tapi hukum yang sangat tidak bermartabat.
Berikut ini beberapa pertimbangan, dan hasil yang kita dapat dari masalah ini;
1.       Seorang nenek (orang tua dan renta) berani menjalankan persidangan, lalu kenapa para koruptor memilih untuk menolak persidangan dengan berbagai alasan? Tidakkah para koruptor lebih sehat ddan mampu berjalan lebih tegak? Kenapa para koruptor begitu pengecut?
2.       Seorang nenek yang sedang sakit berani melaksanakan persidangan kembali, lalu kenapa para koruptor yang sehat wal afiat dan bisa berbicara banyak di media takut dan tidak kuat? Bahkan banyak beralasan sakit, ini dan itu?
3.       Lembaga pengadilan memanggil seorang nenek untuk sidang kembali. Bahkan digiring, lalu kenapa para koruptor negeri ini tidak diseret layaknya sang nenek? Apa pengadilan takut? Atau memang pengadilan mendapat amplop warna hijau yang wangi?
4.       Kenapa harus membuang tenaga untuk mengadili seorang nenek yang hanya mengambil Rp 7000 dan melupakan para koruptor yang memakan uang banyak rakyat sampai dengan Miliaran Rupiah. Kenapa?
5.       Uang Rp. 7000 itu tidak akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia, bahkan harga pakan anjing saja mencapai Rp. 50.000. lalu kenapa harus mengadili itu semua, bahkan koruptor yang membuat miskin negeri ini sulit sekali untuk diadili? Bahkan mereka banyak melakukan banding, bahkan memPra-peradilkan status mereka hanya untuk selamat dari hukum.
6.       Untuk mereka yang menuntut sang nenek, bukan hanya pada kasus ini saja tapi banyak kasus yang sejenis. Kenapa kalian tidak menuntut para koruptor yang memiskinkan rakyat? Kenapa harus menuntut nenek2 yang tidak berdaya? Kenapa? Apa kalian terlalu miskin sampai memperhitungkan uang Rp. 7000?  Sungguh kalian orang miskin yang tamak. Sama seperti penegak hukum dan pemerintah.
7.       Saya pikir mereka mencuri Jati yang hanya 7 pohon bukan untuk di jual, mungkin untuk ditanam. Lalu kenapa pemerintah tidak mengadakan bibit geratis untuk mereka? Bukankan pemerintah selama ini gembar-gembor terkait Penghijauan dan pemberantasan kemiskinan? Lalu kenapa tidak memberikan rakyat bibit yang dapat membuat mereka memanfaatkan lahan mereka?
8.       Kalaupun untuk mencuri dan dijadikan pohonnya sebagai uang kemudian tentu saja mereka hanya bisa membeli mie instan. Bukankah terlihat sangat miskin negeri ini? Lalu kemana Jokowi dan Pengusungnya PDIP yang katanya Partai wong cilik? Kemana mereka setelah mendapatkan korsi kepemimpinan? Kalian semua PEMBOHONG….!!! Kalian hanya pandai berkata-kata.
9.       Terakhir Untuk Media Pers di Indonesia, baik cetak, Elektro, dan Media Internet. Kalian para media Pers Tidak terlihat Independen dan memberikan tayangan atau informasi yang baik. Kalian gembar gembor memberitakan banyak hal, bahkan pencurian uang Rp. 7000 tapi pemberitaan tentang pencurian uang negara yang mencapai Miliaran Rupiah sulit bahkan sedikit yang kalian ekspose. Bahkan kalaupun kalian Ekspose hanya pada proses hukumnya saja, tidak pada penekanan tersangka dan kerugian negara. Lalu kemana Media yang seharusnya menyuarakan keadilan? Kenapa kalian memberitakan tentang pra-pradilan terlalu banyak sedangkan berkaitan dengan ketertindasan orang kecil sedikit, bagaimana orang mencuri dengan nilai kecil kalian beritakan dengan antusias. Tapi pencurian besar kalian diam bahkan tidak koperatif, tidak independen, tidak egaliter. Kalian berdiri atas nama Pers, tapi tidak Bermanfaat sama sekali dalam menyudutkan orang-orang yang pantas disudutkan.

Itu semua Mungkin Biasa bagi kalian, tapi bagi saya ini luar biasa. Apalagi setelah Menkumham yang tidak menggunakan Hati Nurani, dan Pikirannya setelah mewacanakan bahwa Koruptor akan Mendapatkan Remisi ( peringanan Hukuman) terdengar sangat bodoh. Tapi itulah indonesia, dimana presiden diusung oleh PDIP, dan Mentri yang ingin berikan Remisi Hukum juga Orang PDIP. Aneh sekali wacana dari orang2 yang dulu pernah mengatakan Partai Wong Cilik, nyatanya wong cilik yang tertindas.