Keajaiban Dunia: Tipaza atau Tipasa di Aljazair Utara, Afrika
Terletak di pantai Mediterania, Tipasa adalah situs
sejarah kuno yang telah ditaklukkan oleh Roma. Dan reruntuhan ini merupakan
bekas basis prajurit roma ketika akan menaklukkan Kerajaan Mauritania.
Tipasa sendiri merupakan bentuk peninggalan reruntuhan yang unik, karena
struktur dan artefaknya menunjukkan bahwa ini merupakan peninggalan kerajaan Fenisia,
Romawi, dan Bizaitun. Disamping monumen ini juga terdapat
reruntuhan Palaeochristian, yaitu bangunan makam Raja-raja
Mauritania.
Tipasa terletak 70 km
sebelah barat dari Algiers. Dalam kompleks-nya Tipasa sendiri
berada di tiga tempat, dua diantaranya di Taman Arkeologi Royal
Mausoleum Mauritania. Dan satu situs lainnya berada di bagian
barat Sahel dataran tinggi Algiers, 11 km dari selatan Kota Tipaza,
Aljazair. Tipasa terletak pada koordinat 36 ° 33'58 "N 2 ° 28'50" E
Situs Arkeologi
dari Tipasa merupakan satu kompleks arkeologi yang paling luar biasa
dari Maghreb Aljazair, dan mungkin salah satu yang paling
signifikan untuk mempelajari kontak antara peradaban timur dan barat. Serta
perbauran adat yang terbaik dalam sejarah manusia.
Para ahli arkeologi telah melihat umur dari reruntuhan ini yang
berkisar anatara 7 sampai abad ke-2 SM. Dan pada akhir abad ke-2 Tipasa
merupakan pusat peradaban Maritim yang sangat pesat yang diduki oleh
kerajaan Mauritania. Dari reruntuhan ini
terlihat percampuran budaya yang ada, karena kota ini merupakan incaran dari
kerajaan besar di dunia pada masa itu.
Lintas Sejarah
Pada awal berdirinya Kerajaan Mauritania, penduduk
merupakan bangsa yang menganut ajaran abraham (Nabi Ibrahim). Karena pesatnya
perdagangan didaerah ini dan menjadikan kota tipasa menjadi kota maritim
sehingga kerajaan ini menjadi incaran kerajaan besar seperti roma. Dan pada
awalnya di bangun monumen ini adalah sebagai posko penjagaan terhadap Kerajaan
Firaun di Mesir.
Kuatnya kerajaan Firaun memgulingkan kerajaan Mauritania
dan membentuk pusat perdagangan dan pertahanan maritimnya di Tipasa.
Dari sini bercampurlah budaya lokal Tipasa dengan orang-orang Mesir
kuno. Dengan begitu budaya dan struktur bagunan direnovasi sebagaimana bagunan
dimesir, dengan membuat ruang bawah tanah sebagai penyimpanan mayat para
pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat Tipasa.
Setelah musnahnya kerajaan, yang menurut orang Islam, Firaun dan
bala tentaranya ditenggelamkan di laut. Maka dengan sendirinya keturunan raja
dari Kerajaan Mauritania membentuk kembali kerajaannya. Namun
tidak sampai disitu saja, kerajaan roma menyerangnya pada awal Abad ke-3 Masehi
di bawah panglima St. Salas Fendric, dari Roma. Sehingga Kerajaan Maritania
selanjutnya jatuh ke tangan orang Kristiani dari kerajaan Romawi. Pada abad
ke-4 sekitar tahun 484 M Raja Romawi mengirimkan tentara dan
Uskup ke Tipasa namun tidak menemukan apapun disana melainkan reruntuhan dari Monumen
Tipasa itu sendiri, sehingga dibawah arahan kepala agama kristiani
didirikanlah gereja di kompleks tipasa tersebut.
Pada sejkitar abad ke-6, orang islam menyeran Tipasa dan
mendudukinya serta mengganti kekuasaan romawi disana dibawah kekhalifahan Umar
bin Khattab. Dan berkembanglah islam disana dan terjadilah peruntuhan sebagian
bagunan untuk dijadikan masjid oleh orang islam. Namun ini tidak berlangsung
lama. Karena pada kekhalifahan awal Muawiyah dari Bani Umayyah daerah ini mampu
membebaskan diri. Namun pengaruh islam disana tidak habis begitu saja karena
banyak dari masyarakat lokal yang telah masuk islam termansuk raja terakhir
dari kerajaan Tipasa dan menjadi Gubernur diwilayah itu pada masa
khalifah Yazid di Syam. Dan nama Tipasa berganti menjadi
Tafassed, dalam bahasa arab.
Disekitar monumen Tipasa sekarang merupakan Kota dan rumah
bagi kelompok terbesar Berber yang menggunakan bahasa Aljazair Barat,
mereka merupakan orang-orang Chenoua.
Nama sama tapi berbeda
Kota lain yang disebut Tipasa, dalam bahasa Latin Timesis,
terletak di Provinsi Constantine, 88 km (55 mil) sebelah selatan
dari Annaba, dengan ketinggian 957 m di atas permukaan laut, sekarang disebut Tifesh.
Beberapa dari monumen di Tipasa yang menandakan
kebudayaan Romawi adalah lantai yang dihiasi dengan mosaik pavings
berkualitas tinggi, yang menggambarkan adegan-adegan dari kehidupan sehari-hari,
atau pola geometris . The Vandal invasi dari 430 itu tidak menandai
akhir definitif kemakmuran Tipasa, tetapi kota direbut kembali oleh Bizantium
di 531 M, secara bertahap jatuh pada abad ke-6 .
Kota dan atribut arsitektur , dekorasi dan konstruksi bahan
, semua mempertahankan aspek aslinya yang mengekspresikan nilai-nilai ,
sebagaimana didefinisikan pada saat prasasti properti. Serta batas untuk tiga
situs ini mencakup ansambel dari sisa-sisa yang menjadi saksi perencanaan kota
yang luar biasa, nilai arsitektur, sejarah dan arkeologi properti. Properti ini
rentan karena dampak dari pembangunan perkotaan, pariwisata yang tidak diatur
dan pertumbuhan penduduk.
Kerangka
hukum dan pengelolaan situs ini mencakup
Hukum 90-30 ( hukum regional ), 98-04 (tentang perlindungan warisan budaya ),
Pengamanan permanen dan Rencana Penyajian situs (PPSMV ), Rencana Pekerjaan
Tanah disetujui oleh komunal perakitan Tipasa ( POS ) dan Rencana Perlindungan
dan Penyajian situs arkeologi dan zona penyangga situs ( PPMVSA ), dalam
persiapan dikodifikasikan oleh eksekutif Keputusan tertinggi. Sebuah
pembentukan baru, Kantor Manajemen dan Eksploitasi Properti Budaya,
berkoordinasi dengan Direktorat Kebudayaan Wilaya ( provinsi ) kini mengelola
situs arkeologi Tipasa
Tipasa masuk sebagai Situs
Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1982. Yang dikukuhkan oleh
UNESCO kawasan Jazirah Arab, kantor pusat Arab Saudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar