Tampilkan postingan dengan label Kuantitatif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuantitatif. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 April 2014

Bentuk-bentuk Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif

Rumusan Masalah Diskriptif
Rumusan Masalah Diskriptif adalah bentuk pertanyaan peneliti yang berkenaan dengan keadaan suatu variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih. Dalam rumusan masalah ini peneliti biasanya hanya menayakan satu variabel tiap satu pertanyaan peneliti dalam rumusan masalah. Berikut ini contoh beberapa Rumusan Masalah Diskriptif dalam penelitian;
1.        Seberapa baik pelayanan dan disiplin kerja aparat desa? ( 2 variabel: pelayanan dan disiplin kerja)
2.        Bagaimana sikap masyarakat terhadap UU ASN? ( 1 variabel : sikap )
3.        Seberapa tinggi efektifitas pemberian dosis tambahan pada obat diabetes? ( 1 variabel : efektifitas).
Rumusan Masalah Koopratif
Rumusan Masalah Koopratif adalah rumusan masalah penelitian yang mempertanyakan perbandingan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalah koopratif;
1.        Adakah perbedaan kinerja antara pegawai swasta dan PNS? (satu variabel: kinerja, dua sampel : swasta dan PNS)
2.        Adakah perbedaan kemampuan menjawab soal CPNS 2014 antara CPNS kementrian, lembaga pemerintah, dan lembaga non-pemerintah? (satu variabel: kemampuan, tiga sampel: kementrian, lambaga pemerintah, dan lembaga non-pemerintah)
3.        Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pekerja kantor dan pekerja lapangan di perusahaan X? (dua variabel: kemampuan dan disiplin kerja, dua sampel: pekerja kantor dan pekerja lapangan)
Rumusan Masalah Assosiatif
Rumusan Masalah Assosiatif adalah rumusan masalah yang bersifat menayakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat 3 bentuk dari rumusan masalah assosiatif, yaitu;
Hubungan Simetris
Hubungan dua variabel atau lebih yang muncul bersamaan. Contohnya;
1.        Adakah hubungan antara banyaknya iklan di media dengan tingkat penjualan barang di perusahaan Y?
2.        Adakah hubungan antara intensitas angin dengan hasil panen padi di desa X?
3.        Adakah hubungan antara janji calon legislatif dan politik uang dengan perolehan suara pada pemilu 2014?
Hubungan Kasual
Bentuk ini biasanya disebut hubungan sebab akibat. Dimana antara variabel ada pengaruhnya. Jadi dalam kasus ini ada variabel bebas dan Variabel terikat. Contohnya;
1.        Adakah pengaruh penggunaan media belajar terhadap prestasi siswa?
2.        Adakah pengaruh kepemimpinan terhadap efektifitas kerja pegawai?
3.        Adakah pengaruh tata ruang kantor dan penggunaan AC terhadap produktifitas kariawan di perusahaan Y?
4.        Seberapa besar pengaruh kurikulum, RPP dan Silabus, kualitas guru, penggunaan media belajar dan Laboratorium terhadap kualitas lulusan suatu sekolah?
Hubungan Interaktif
Bentuk ini menempatkan masalah penelitian dimana antar variabel saling mempengaruhi satu sama lain. Bentuk ini dapat dikenali dengan tidak jelasnya mana variabel terikat mana variabel bebas. Contoh rumusan masalah hubungan interaktif;
1.        Hubungan antara motivasi dan prestasi (2 variabel, motivasi dan prestasi. Bisa jadi motivasi yang tinggi mempengaruhi prestasi dan bisa jadi prestasi yang baik membuat orang memiliki motivasi yang tinggi).
2.        Hubungan antara kecerdasan dan kekayaan. (bisa jadi karena cerdas orang kaya, bisa jadi karena kaya orang bisa cerdas).
Sejauh ini kita melihat bentuk-bentuk rumusan masalah pada penelitian kuantitatif, pada postingan yang akan datang, beberapa pembahasan khusus terkait bentuk diatas akan dibuatkan tulisan yang lebih khusus dan jelas. Salam hangat.




memilih dan merumuskan masalah penelitian (bagian 3/habis)

Sekarang kita sudah mendapatkan beberapa masalah yang akan kita gunakan sebagai rumusan masalah penelitian. Ingat pada penelitian kuantitatif peneliti harus memiliki rumusan masalah yang jelas, berbeda dengan pendeatan kualitatif yang pertanyaan penelitinya bersifat sementara dan dapat dirubah sewaktu-waktu.
Masalah yang sudah terkumpul selanjutnya diidentifikasi, point masalah yang telah diambil dipilih sesuai dengan kemampuan peneliti. Masalah yang sudah diidentifikasi variabelnya selanjutnya dilakukan pembatasan masalah. Fungsi pembatasan masalah adalah agar peneliti tidak melakukan penelitian sameraut, sehingga topik yang tidak seharusnya diikutkan dalam penelitian tidak bercampur. Sehingga para ahli penelitian menyatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif rumusan masalah yang sudah dibuat oleh peneliti merupakan alat yang akan membimbing peneliti ke arah menjawab masalah.
Rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh peneliti dengan teori yang sudah ada, jawaban peneliti terhadap rumusan masalah itu peneliti susun menjadi sebuah hipotesis yang akan dibuktikan benar tidaknya melalui penelitian. Ada beberapa bentuk Rumusan masalah, diantaranya; Rumusan Masalah Diskriptif, Rumusan Masalah Koopratif, dan Rumusan Masalah Assosiatif. Sedangkan bentuk rumusan masalah assosiatif dibagi tiga jenis, yaitu; Simetris, Kasual dan Intraktif.


Menemukan dan Merumuskan Masalah Kuantitatif (bagian 2)

Dalam memilih masalah penelitian, beberapa hal penting yang perlu di ajukan atau ditinjau oleh peneliti, diantaranya
1.         Masalah bersifat baru, artinya masalah yang diangkat sejauh pengetahuan peneliti adalah topik yang tidak biasa. Jika harus jujur banyak peneliti yang hanya membuat rumusan masalah yang mirip dengan penelitian sebelumnya, dan hanya mengganti beberapa hal saja. Ini bukanlah sikap yang baik bagi seorang peneliti. Hendaknya peneliti memiliki pemikiran pembaruan yang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga hasil penelitiannya dapat menarik perhatian pembaca. Baru disini harus dipaami bukan hanya pada kata baru saja, melainkan dapat berarti belum banyak yang menelitinya.
2.         Penelitian Lama terbarukan. Artinya berbeda dengan kriteria diatas, disini topik masih sekitar penelitian sebelumnya, namun memperluas atau memperdalam cakupan penelitian. Jika hanya merubah topik itu tidak akan menambah nilai bagi penelitian anda.
3.         Masalah dengan teori yang memadai. Hendaklah peneliti tidak terpaku pada poin diatas, hanya asal baru saja. Kita perlu melihat adakah refrensi teoritis yang membahas masalah itu. Hal ini penting manakala akan membuat instrumen penelitian yang valid. Baik sumber buku maupun internet yang membahas masalah itu sudah beredar dipasaran, bahkan lebih dari itu diperlukan refrensi yang memuat teori dasar.
4.         Masalah memiliki kesan unik. Artinya topik masalah kita bukan hal bisa yang kita banyak temukan pada perpustakaan yang memiliki arsip Skripsi atau tugas akhir. Meski pada akhirnya penelitian yang dilakukan benar-benar karya sendiri namun penelitian dengan masalah biasa akan ditanggapi biasa oleh pembaca. Tidak ada orang yang akan tertarik jika melihat masalah anda tidak ada sisi unik-nya.
5.         Terdapat penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang membahas masalah itu ada, sehingga dalam melaksanakan penelitian, peneliti dikontrol pula oleh kemampuan orang lain yang telah terbukti berhasil melakukan penelitian. Hal ini juga nantinya akan menjadi kajian pustaka. Dan kualitas dari hasil penelitian anda juga dilihat dari kualitas hasil penelitian orang lain yang anda baca.
6.         Masalah bersifat Urgen. Arti urgen berbeda dengan penting, urgen itu memiliki arti lebih kepada “mendesak” jadi masalah yang mendesak untuk diselesaikan sangat baik untuk dijadikan topik penelitian. Karena kemungkinan pembaca anda sedang menunggu hasil penelitian anda. Kemungkinan akan dibaca lebih banyak.
7.         Masalah itu penting. Dalam arti yang sederhana, jika masalah itu tidak diselesaikan akan menimbulkan masalah baru baik segera maupun dalam jangka waktu tertentu.
8.         Masalah itu memiliki arti penting bagi orang tertentu. Artinya setiap masalah, baik di lembaga maupun perusahaan tentu ada orang tertentu yang sangat memperhatikan masalah itu. Contoh; pemanfaatan program Metlab untuk penghitungan Mawaris, ini akan diperlukan oleh departemen agama, atau tokoh agama masyarakat tertentu. Meskipun program ini telah ada namun tetap saja belum ada yang mampun menyelesaikan kasus-kasus tertentu.
9.         Masalah itu Boming. Artinya masalah itu sedang ngetren dikalangan masyarakat luas. Masalah mode bisa berbagai sumber, baik media cetak maupun elektronik selalu ada masalah yang sedang mode.
10.     Masalah itu menarik perhatian pemberi dana bantuan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak hanya mengorbankan tenaga dan waktu, tapi juga biaya. Sehingga peneliti hendaknya membahas masalah yang sekiranya dapat menarik perhatian pemberi dana sehingga penelitiannya dapat berjalan lebih baik.
11.     Masalah itu terkait dengan latar belakang institusi pendidikan. Misalnya, anda kuliah di IAIN Mataram, dengan latar belakang institusi pendidikan agama islam, maka penting masalah anda itu juga berkaitan dengan agama islam. Baik masalah itu sudah disebutkan dalam al-Qur’an atau Hadits.
12.     Masalah itu terkait dengan kelemahan penelitian sebelumnya. Baik dalam pelaksanaan maupun cakupan pembahasan penelitiannya.
Akhirnya kami sampaikan, silahkan pilihlah dari 12 pion diatas bagaimana anda akan mengambil masalah yang anda mau. Yang jelas selalu pikirkan, apakah anda mampu untuk menjawabnya?
Pada postingan yang akan datang, masih pada tema masalah penelitian. Namun berfokus pada “bagaimana merumuskan masalah” yang akan kami paparkan pada bagian 3/habis.

Selasa, 22 April 2014

Menemukan dan Merumuskan Masalah pada Penelitian Kuantitatif (Bagian 1)

Penelitian secara garis besar diupayakan untuk menjawab masalah yang ada. dalam hal ini apa saja yang disebut sebagai masalah? Masalah itu dapat berupa:

-          Penyimpangan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi sesungguhnya, contoh; seorang peneliti akan melihat bagaimana peningkatan aktifitas belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran visual. Namun setelah diberikan pembelajaran dengan media visual ternyata aktifitas belajar siswa tetap tidak berubah bahkan menurun. Ini adalah contoh masalah di sekolah dimana seharusnya, menurut teori belajar moderen media visual itu meningkatkan aktifitas belajar siswa. Jadi disini ada penyimpangan antara apa yang seharusnya dengan yang sebenarnya terjadi.
Hal penting sebelumnya adalah, seorang peneliti harus memahami teori yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti, sehingga peneliti memahami gejala yang terjadi. Pada kasus diatas peneliti harus sudah memahami Strategi dan Metode Pembelajaran baik itu teoritis maupun Empiris.

-          Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan. Misalnya; seorang peneliti akan melihat bagaimana efek pemberian dosis obat tertentu terhadap pasien. Pemberian dosis obat memiliki aturan yang dikeluarkan oleh ahli, namun peneliti melihat adanya penyimpangan dosis yang diberikan dengan aturan semestinya. Ini termansuk masalah. Dan peneliti perlu memahami segala sesuatu tentang obat dan dosisnya.

-          Penyimpangan perencanaan dengan pelaksanaan. Contoh; disuatu daerah pemerintah merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga Angin. Namun pelaksana memutuskan untuk tidak membangun pembangkit listrik tenaga angin melainkan pembangkit listrik tenaga surya. Peneliti melihat ini sebagai suatu masalah, karena perancangan tentu memiliki kriteria yang teruji namun berdasarkan hasil rapat rencana itu gagal dan harus berubah. Tentu ini berdampak terhadap semua elemen baik pelaksanaan maupun alat. Dan peneliti berencana melihat dampak perubahan ini terhadap masyarakat.

Masalah juga dapat terjadi bukan hanya dilihat dari segi peneliti saja. Para pemimpin suatu perusahaan atau lembaga biasanya melihat masalahnya dengan lebih nyata dan objektif. Hal ini berkaitan dengan masalah yang mendesak yang harus diselesaikan. Masalah jika tidak diselesaikan akan berdampak lebih buruk.

Misalnya; disuatu sekolah terdapat sekelompok anak yang memiliki minat belajar kurang, hal ini oleh sekolah dianggap sebagai masalah yang harus dipecahkan. Sehingga sekolah dapat menyarankan masalahnya kepada peneliti yang masuk untuk meneliti di sekolahnya. Disini peneliti tidak perlu untuk menganalisi masalah yang ada, namun langsung pada merumuskan masalah lapangan.

Suatu perusahaan mengalami penurunan pendapatan selama beberapa tahun, meski telah melakukan berbagai strategi pasar namun peningkatan tidak didapatkan perusahaan. Pimpinan perusahaan ingin mengetahui titik lemah dan sebab terjadinya penurunan pendapatan. Sehingga pimpinan perusahaan merekomendasikan masalahnya kepada peneliti untuk digali sebab masalah yang timbuk. Jika tidak maka perusahaan berpotensi bangkrut.

Dalam kasus peneliti pemula, maka peneliti yang memasuki kawasan perusahaan dapat melihat etos kerja kariawan, fasilitas perusahaan yang memiliki kaitan dengan memajukan perusahaan. Dimana peneliti akan melihat masalah sebagai suatu bentuk kegiatan peningkatan mutu.

Masalah penelitian juga dapat dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, meski tujuan utama kajian terdahulu adalah untuk membedakan peneliti dengan peneliti lain namun kegiatan ini juga dapat dijadikan sumber masalah baru. Misalnya dari hasil laporan penelitian sebelumnya, peneliti sebelumnya mengangkat tentang “peranan kurikulum terhadap kemajuan aktifitas sekolah”. Peneliti baru dapat menggunakan konsep teori yang sama dalam penelitiannya dengan topik yang berbeda, misalnya “Peranan RPP dan Silabus terhadap peningkatan aktifitas belajar siswa di sekolah X”

Penelitian tidak harus berangkat dari maslah, namun semua penelitian harus berlandaskan masalah. Sekarang kita lihat bagaimana proses penelitian pengembangan. Meskipun ini akan kita bahas secara rinci nanti, namun ada baiknya kita melihat ilustrasi sederhana. Misalanya penelitian atau sebuah jurnal mengangkat tema “ Mengntrol Lampu Rumah dengan Aplikasi SMS dan Internet” hal ini dapat diperluas dengan langkah yang lebih maju dan tentunya efektif. Seperti “Mengendalika seluruh prabotan rumah dengan SMS”.


Sejauh ini kita membahas bagaimana menggali masalah. Penggalian masalah kita akan lanjutkan lagi. Sekarang cukup anda tahu bagaimana menemukan masalah penelitian. Pada bagian dua dengan judul yang sama, akan kita lihat bagaimana keriteria suatu masalah yang baik. Dalam arti baik untuk diteliti melalui penelitian.