Rabu, 28 Agustus 2013

Latar Belakang Penelitian, Cara menulis Latar Belakang Penelitian yang Menarik, Proposal Penelitian atau Skripsi

INI CARA MEMBUAT BAGIAN LATAR BELAKANG PENELITIAN, BAGAIMANA DAN SEPERTI APA

latar belakang yang baik dan menarik harus memuat beberapa hal penting, karena penting untuk disampaikan. keilmiahan dan sifat urgensi dari sebuah penelitian dapat terlihat dari seberapa bagusnya peneliti membuat latar belakang peneltiannya.

isi latar belakang yang baik itu minimal harus memuat beberapa hal, baik pada proposal penelitian atau pada laporan akhir skripsi -- daiantaranya
1. menyampaikan masalah yang ada di lapangan yang dikaitkan dengan aturan yang berlaku atau teori yang relevan
2. menyampaikan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang akan diangkat pada penelitian.
3. menyampaikan kekurangan pada penelitian sebelumnya
4. menyampaikan pentingnya penelitian ini bagi beberapa orang tertentu.
5. menyampaikan landasan keagamaan yang menyangkut topik yang akan diteliti (hanya jika PT anda berada di bawah naungan Departemen agama)
6. menyampaikan apa yang akan diteliti secara tegas.

BERIKUT INI CONTOH PENDAHULUAN YANG BAIK YANG PERNAH DI LAKUKAN MAHASISWA IAIN MATARRAM




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Konteks Penelitian
Djaali (2012) menyatakan bahwa “Menurut Incremental Theory, seseorang dapat meningkatkan Inteligensi / keccerdasannya melalui belajar”[1]. Belajar merupakan proses memahami suatu aturan dan konsep(teori). Dimana dalam belajar terdapat tahapan-tahapan diantaranya pertama proses penyerapan, pengolahan, dan penyajian. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana agar proses belajar tersebut dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Setiap individu memiliki cara sendiri yang dianggap paling mudah dalam belajar. Ada juga pengaruh motivasi pada belajar sebagaimana menurut (Makmun, 2012) motivasi timbul dan berkembang dengan jalan datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik) sedangkan motif tumbuh dan berkembangnya Motivasi dibagi atas motif  primer dan motif skunder[2]. Berkenaan dengan itu maka diperlukan suatu konsep dasar yang berkaitan dengan bagaimana cara terbaik yang dapat diterapkan untuk membelajarkan siswa dan faktor pendukung yang memotivasi siswa belajar.
Hasil wawancara[3] menunjukkan bahwa siswa mengalami masalah ketika dihadapkan dengan belajar. Menurut siswa SMAN 3 Praya yang sempat diwawancarai bahwa kendala yang paling dominan dalam belajar justru tidak tahu bagaimana harus belajar[4]. Begitu juga dengan cara yang paling disukai dalam belajar, mereka cendrung menganggap kesenangan dalam belajar khususnya matematika diperoleh ketika mereka dapat memahami konsep atau materi pembelajaran. Berbeda dengan Noviana, Rosana dan Ainullah, dimana mereka dapat memahami bagaimana dan apa yang akan mereka pelajari.
Berkenaan dengan itu maka diperlukan konsep yang matang bagaimana siswa menyerap pelajaran dengan baik dan pengelolaan informasi dengan baik. Gaya belajar mengambil peranan yang penting dalam masalah bagaimana siswa menerima pembelajaran. Karena gaya belajar bukanlah Kemampuan, tetapi cara yang disukai untuk menggunakan kemampuan seseorang[5]. Sedangkan dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan suatu cara dalam berfikir.
Banyak peneliti yang mencoba mendiskripsikan dan menghubungkan gaya belajar. Diantara penelitian yang mengangkat tema gaya belajar diantaranya Dewi A. Sagitasari (2010), Indra Kurniawan (2009), Noor Hafidhoh (2010), Qomariah (2010), Puspitasari Diminarni (2010), Khoiriyah (2009) dan Rahayu E. (2009). Dimana yang dilakukan oleh Indra Kurniawan dan Noor Hafidhoh berkenaan dengan mendiskripsikan gaya belajar melalui penelitian Kualitatif. Sedangkan Rahayu E. Mencoba melakukan konstruksi pembelajaran yang ditinjau dari gaya belajar siswa dalam karya tulis ilmiahnya. Sedangkan empat lainnya menghubungkan gaya belajar dengan variabel lain melalui penelitian kuantitatif.
Namun penelitian sebagaimana diuraikan diatas, cendrung hanya menganggap gaya belajar sebagai suatu proses penerimaan pembelajaran saja tampa adanya tindak lanjut. Begitu juga dengan penelitian yang menghubungkan gaya belajar dengan variabel lain, kita tahu bahwa gaya belajar merupakan cara yang daianggap paling efektif dalam menerima dan memperoses informasi yang bersifat individual dan psikologis sehingga dalam pengkajian gaya belajar tidak cukup dengan angket yang memuat indikator sifat-sifat individu yang selanjutnya dikaitkan dengan gaya belajar.
Dengan mengetahui gaya belajar guru dapat melakukan kontruksi pembelajaran sehingga tercapailah efektifitas yang maksimal yang dapat membuat siswa lebih mudah mengelola informasi. Begitu juga dengan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan sekolah, dengan mengetahui gaya belajar siswa dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan dan memfasilitasi siswa. Dan dengan mengetahui gaya belajar yang dimiliki siswa orang tua dapat memahami bahwa proses belajar tidak hanya terjadi ketika anak mereka sedang membaca buku. Siswa pun juga demikian, setelah mengetahui gaya belajar maka mereka dapat lebih mudah mengarahkan diri dalam belajar.
Dalam konteks keislaman sebagaimana manusia perlu belajar dan mencontoh hal-hal baik agar mampu mengarahkan diri. Sebagaimana siswa yang kurang berprestasi dapat menlihat teman mereka yang berprestasi. Dalam hal ini firman Allah SWT,
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)[6]
Dari firman Allah SWT tersebut dapat kita lihat bagaiman seharusnya kita mencontoh Rasullallah karena beliau adalah manusia yang terpuji, dengan harapan kita dapat mengambil manfaat dari sifat dan ketaatan Rasullallah. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa agar dapat menjadi orang baik kita perlu melihat dan meneladani bagaimana Rasullallah SAW. Begitu juga dengan prestasi, agar berprestasi kita perlu melihat bagaimana cara hidup dan belajar orang berprestasi.
Dari uraian diatas maka peneliti merasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian ini. Disamping hal diatas peneliti juga merasa harus dapat memahami gaya belajar secara langsung dari lapangan dikarenakan pentingnya masalah ini. Pada penelitian ini peneliti mengambil tema gaya belajar untuk memahami gaya belajar siswa berprestasi.


[1] Djaali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h. 74
[2] Syamsuddin A. Makmun. Psikologi Kependidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) h. 37
[3] Wawancara dengan Fitri W. Siswa SMAN 3 Praya pada tanggal 03 Juni 2013.
[4] Wawancara dengan Lukman, Samsul Irfan dan Indah Komalasari. Siswa SMAN 3 Praya pada tanggal, 03, 04 dan 05 Juni 2013.
[5] John W. Santrock. Psikologi Pendidikan edisi 3 buku 1 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) h. 174.
[6] Departemen Agama RI, Robbani (Al-Qur’an per kata, tajwid warns) h. 421

Tidak ada komentar: