TATA NILAI ISLAMI
Dalam menjalankan perannya sebagai wakil Allah SWT
menjadi Khalifah di dunia, manusia harus mengikuti tata nilai yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT. Tata nilai tersebut mengacu pada tujuan hidup
manusia, yaitu memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Allah
SWT telah menentukan bahwa kesejahteraan di akhirat lebih penting dari
kesejahteraan di dunia, namun Allah SWT juga memperingatkan manusia untuk tidak
melupakan haknya atas kenikmatan di dunia, antara lain sebagaimana tercantum
dalam surat Asy Syura ayat 20:
“Barangsiapa menghendaki
keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa
menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat”
dan surat Qashash ayat 77:
“Dan carilah dari apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…”
Dalam menjalankan tugas mengabdi kepada Allah SWT
sebagai khalifah di dunia, manusia juga diperingatkan untuk tidak terperosok
dalam kenikmatan menggunakan rahmat Allah SWT semata-mata untuk memenuhi hasrat
pribadi saja.
“Dijadikan indah pada
manusia kecintaan pada syahwat dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
…”. (Q.S. Ali Imran:14))
“Telah nampak kerusakan
di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar Ruum : 41)
Islam juga menjanjikan bahwa semua manusia pasti
akan memperoleh balasan yang sempurna atas segala sesuatu yang diusahakannya.
Balasan tersebut dijanjikan oleh Allah SWT akan sempurna dalam jumlah maupun waktu
menurut ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT. Walaupun memang harapan
manusia mungkin berbeda dengan ketentuan Allah, sehingga manusia yang tidak
pandai bersyukur dapat merasa kecewa dengan ketentuan Allah tersebut.
“Dan bahwa seorang
manusia tiada memperoleh selain yang telah diusahakannya. Dan bahwa usahanya
itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian (kelak) akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (Q.S. An Najm 38-40)
Islam menyatakan bahwa semua yang ada di langit
dan di bumi adalah milik Allah SWT, dan sebagian manusia dijadikan untuk
menguasainya dengan amanah untuk menafkahkan di jalan Allah karena sebagian
dari harta tersebut terdapat bagian tertentu yang menjadi hak orang lain.
“Berimanlah kamu kepada
Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang telah jadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang beriman diantara kamu dan menafkahkan
hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.S. Al Hadiid:7)
”Dan orang-orang yang
dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan
yang tidak mempunyai apa apa (yang tidak mau meminta)” (Q.S. Al Ma’arij :
24-25)
Demikianlah tata nilai kehidupan menurut ajaran
agama Islam, dimana :
Tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan
di akhirat karena kesejahteraan di akhirat lebih utama dari kesejahteraan di
dunia, namun manusia tidak boleh melupakan haknya atas kenikmatan dunia.
Kenikmatan dunia tidak boleh membuat manusia
melupakan kewajibannya sebagai abdi Allah dan sebagai khalifah di dunia untuk
membawa rahmat bagi seluruh alam guna mencapai kehidupan yang lebih baik
(hayatan thoyyibah)
Manusia tidak akan memperoleh kecuali yang
diusahakannya, dan Allah SWT menjamin akan mendapat balasan yang sempurna. Oleh
karena itu manusia harus berusaha secara baik dengan bersungguh-sungguh untuk
mendapatkan hasil yang halal dan thoyib.
Semua manusia yang beriman adalah bersaudara,
karena itu di dalam setiap rahmat dari Allah berupa harta yang diterima oleh
manusia terdapat hak orang lain, sehingga harta harus dibersihkan dengan
mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar