Jumat, 07 Februari 2014

tata nilai dan pandangan islami terhadap ekonomi islam


TATA NILAI ISLAMI

Dalam menjalankan perannya sebagai wakil Allah SWT menjadi Khalifah di dunia, manusia harus mengikuti tata nilai yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Tata nilai tersebut mengacu pada tujuan hidup manusia, yaitu memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Allah SWT telah menentukan bahwa kesejahteraan di akhirat lebih penting dari kesejahteraan di dunia, namun Allah SWT juga memperingatkan manusia untuk tidak melupakan haknya atas kenikmatan di dunia, antara lain sebagaimana tercantum dalam surat Asy Syura ayat 20:

    “Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat

dan surat Qashash ayat 77:

“Dan carilah dari apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…”

Dalam menjalankan tugas mengabdi kepada Allah SWT sebagai khalifah di dunia, manusia juga diperingatkan untuk tidak terperosok dalam kenikmatan menggunakan rahmat Allah SWT semata-mata untuk memenuhi hasrat pribadi saja.

“Dijadikan indah pada manusia kecintaan pada syahwat dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak …”. (Q.S. Ali Imran:14))

“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar Ruum : 41)

Islam juga menjanjikan bahwa semua manusia pasti akan memperoleh balasan yang sempurna atas segala sesuatu yang diusahakannya. Balasan tersebut dijanjikan oleh Allah SWT akan sempurna dalam jumlah maupun waktu menurut ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT. Walaupun memang harapan manusia mungkin berbeda dengan ketentuan Allah, sehingga manusia yang tidak pandai bersyukur dapat merasa kecewa dengan ketentuan Allah tersebut.

 “Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain yang telah diusahakannya. Dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian (kelak) akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (Q.S. An Najm 38-40)

Islam menyatakan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah SWT, dan sebagian manusia dijadikan untuk menguasainya dengan amanah untuk menafkahkan di jalan Allah karena sebagian dari harta tersebut terdapat bagian tertentu yang menjadi hak orang lain.

“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang telah jadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang beriman diantara kamu dan menafkahkan hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.S. Al Hadiid:7)

”Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak mempunyai apa apa (yang tidak mau meminta)” (Q.S. Al Ma’arij : 24-25)

Demikianlah tata nilai kehidupan menurut ajaran agama Islam, dimana :

Tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan di akhirat karena kesejahteraan di akhirat lebih utama dari kesejahteraan di dunia, namun manusia tidak boleh melupakan haknya atas kenikmatan dunia.

Kenikmatan dunia tidak boleh membuat manusia melupakan kewajibannya sebagai abdi Allah dan sebagai khalifah di dunia untuk membawa rahmat bagi seluruh alam guna mencapai kehidupan yang lebih baik (hayatan thoyyibah)

Manusia tidak akan memperoleh kecuali yang diusahakannya, dan Allah SWT menjamin akan mendapat balasan yang sempurna. Oleh karena itu manusia harus berusaha secara baik dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang halal dan thoyib.

Semua manusia yang beriman adalah bersaudara, karena itu di dalam setiap rahmat dari Allah berupa harta yang diterima oleh manusia terdapat hak orang lain, sehingga harta harus dibersihkan dengan mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah.

Tidak ada komentar: