“Pemerintah oh
Pemerintah, jokowi ohh jokowi, katakan padaku kenapa RASKIN kotor dan terbatas,
katakan padaku, kenapa banjir tak bisa diatasi. Jangan katakan tentang Eksekusi
mati, itu mengiris hatiku. Seharusnya koruptor yang membunuh rakyat dengan
perlahan itu diberi hukuman mati. Karena mereka membunh rakyat yang bersih,
sedangkan pengedar membunuh rakyat yang tidak menggunakan akalnya”
Sudah berminggu-minggu kita disibukkan dengan pewartaan di
media masa, baik elektronik maupun cetak. Ini terlihat sebagai hal yang tidak
patut di saat kondisi negeri ini sangat tidak menentu. Saya lebih tertarik
melihat ini sebagai sebuah kegagalan pemerintah dan pers yang tidak bersahabat
dengan masyarakat kecil.
Pemerintah gembar gembor membuat pernyataan public terkait
eksekusi mati para pengedar narkoba. Ya, pengedar luar negri atau WNA (warga
negara asing), pemerintah sangat fokus terkait hal ini. Jika kita memang ingin
melihatnya kita akan temukan; Pemerintah mengalihkan perhatian masyarakat melalui
pemberitaan yang menyulut nasionalisme dan melupakan keterbelakangan dan
penderitaan masyarakat. Pemerintah ingin agar rakyat indonesia melupakan
kegagalan mereka dalam menjalankan pemerintahan. Dari awal pemerintahan,
bagaimana konflik antara anggota dewan DPR RI di senayan saling berebut
kekuasaan yang sejujurnya memalukan. Kemudian adanya mentri-mentri atau kepala,
pimpinan suatu lembaga pemerintah yang jauh dari janji politik awal. Pemilihan Kapolri
yang akhirnya menjadi trinding topik, serta konflik antara KPK dan POLRI. Masalah
banjir yang tak terselesaikan, lonsor, gempa bumi, kebakaran yang mana
pengungsi menjalani kehidupan serba terbatas. Kegagalan panen dan terbatasnya
beras, bahkan rakyat indonesia harus menelan pil pahit dengan makan nasi
jagung. LPG yang sulit didapatkan, yang sampai rakyat indonesia harus mengantri
berjam-jam.
Banyak kegagalan pemerintah diwal berjalannya, bagi sebagian
orang kegagalan ini hal yang lumrah bagi pemerintahan awal, bahkan semua kepala
pemerintahan akan mengalami banyak tantangan di awalnya. Namun kita harus tahu
bahwa suatu masalah seharusnya diselesaikan bukan saling menuding dan
mengalihkan rakyat agar diam saja, nurut saja dan menjalani ini semua. Pemerintah
seharusnya fokus pada penyelesaian masalah dalam negri.
Namun yang dilakukan pemerintah adalah mengalihkan perhatian
rakyat dengan wacanaya “nasionalisme” hukum indonesia harus tegas dimata dunia.
Sejujurnya ini terdengar bodoh bagi saya pribadi. Jika kita menggaggap hukuman
mati selayaknya diberikan kepada orang yang telah merenggut nyawa orang lain. Merugikah
orang lain melalui pembunuhan. Dan pemerintah telah mengatakan bagaimana
narkoba membunuh anak negeri, bahkan tiap jam selalu ada yg mati karena narkoba
secara rata-rata.
Pemerintah mengatakan itu, dan menganggap pengedar narkoba
harus mati karena membunuh rakyat indonesia begitu banyak. Tidakkah pemerintah
sadar akan kekurangan pemerintah saat ini, jika banyak yang mati karena narkoba
yang seharusnya disalah kan adalah Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai
sebuah lembaga yang memiliki payung hukum yang jelas, mendapatkan anggaran yang
tidak sedikit seharusnya BNN mampu memberikan penyuluhan bagi masyarakt
indonesia akan bahayanya narkoba. Bukankan BNN selama ini kebanyakan diam saja,
lalu untuk apa mereka mendapatkan anggaran besar yang diambil dari kantong rakyat?.
Polri juga sama, mereka mendirikan badan tersendiri dalam tubuh polri dalam
menangani kasus narkoba, lalu kenapa banyak yang mati karena narkoba? Itu artinya
polri gagal menjalankan tugasnya. Jadi dimanakah BNN dan Polri dalam masalah
narkoba?
Kenapa harus menyalahkan orang lain dalam kesalahan kita? Bukankah
lebih elegan pemerinta menyatakan diri belum maksimal menagani kasus narkoba. Kenapa
energi pemerintah yang harusnya disalurkan bagi rakyat yang sakit hati karena
janji palsu mereka dulu harus habis mengurusi narkoba, bukannya melihat dan
menyelesaikan masalah masyarakt yang paling dasar. Mulai dari beras raskin,
bulog yang tidak berdaya, harga bahan pokok yang meningkat, daya tukar rupiah
yang menurun, para pengungsi bencana yang terabaikan.
Kita harus tau bahwa rakyat yang terbunuh karena narkoba
adalah rakyat yang tidak mau menggunakan otaknya dan tidak menghargai hidupnya,
jadi untuk apa pemerintah gembar gembor menghargai hidup orang seperti itu? Seharusnya
pemerintah fokus pada kemelaratan, penderitaan dan kematian masyarakt yang
mengalami kemiskinan. Pembunuh karakter bangsa adalah para koruptor bukan
pengedar narkoba. Pembunuh negara yang seharusnya di brantas adalah mereka yang
memakan uang rakyat. Para koruptorlah yang lebih patut mendapatkan hukuman
mati.
Sedangkan pengedar narkoba dari luar negeri, cukup dengan
bebaskan dengan tebusan dan larang mereka memasuki indonesia lagi. Uang tebusan
bisa digunakan untuk membangun rumah mereka yang hancur, bisa untuk membantu
rakyat miskin yang kelaparan. Bagi saya itu lebih menunjukkan indonesia
terhormat. Katakanlah kepada dunia bahwa “indonesia minta tebusan untuk
membantu rakyat yang hampir mati karena kesalahanku dalam memerintah”.
Masalah-masalah itu sudah diekspose oleh rakyat, tapi malah
mengabaikannya dan mengajak rakyat untuk bernasinalisme belaka. Bukannya segera
menyelesaikan masalah. Di mulut boleh mereka katakan “agar hukum indonesia di
hargai, dan kita adalah negara tegas di mata dunia” namun dihati “biar kalian
melupakan beras raskin yang kotor dan terbatas jumlahnya, biar kalian lupa
minta tempat mengungsi, biar kalian lupa LPG habis dan menggunakan kayu bakar, biar
kalian tidak meributkan masalah politik kami”.
Baca Juga;
Baca Juga;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar